Tuesday, January 10, 2012

TATA, TITI, TATAS dan TITIS

Bila kita menghadiri acara siraman calon pengantin wanita dan upacara adat dilaksanakan secara lengkap, ada tujuh bait sekar Dhandhanggula yang dilantunkan saat mengiringi siraman. Bisa oleh pengatur acara sendiri, bisa juga melalui kaset. Maka dalam bait ke tiga dari tujuh bait tembang tersebut kita akan mendengar (kecuali kita tidak memperhatikan) kata-kata “tata, titi, tatas dan titis”. Sebagai doa nasihat kepada calon pengantin wanita dalam menjalankan hidup berkeluarga.

Pitutur ringkas yang menggunakan “Purwakanthi” ini sebenarnya tidak hanya berlaku untuk wanita. Memang sebagai “kepala staf” di rumah tangga wanita harus menguasai keempat hal ini. Walau demikian sikap “Tata, titi tatas dan titis” ini berlaku untuk umum baik laki-laki maupun perempuan dalam melaksanakan sesuatu supaya tuntas.

TATA: Adalah “well planned work”, pekerjaan yang dilaksanakan dengan baik melalui perencanaan yang baik dengan menetapi kaidah perencanaan yang benar.

TITI: Adalah mengerjakan pekerjaan dengan “tlesih” atau amat teliti dan serba hati-hati. Sudah pasti ada monitoring dan evaluasi, ada pencatatan dan pelaporan, ada supervisi dan umpan balik.

TATAS: Umumnya kita mengenal arti “tatas” sebagai “putus”, seperti putusnya layang-layang. Tetapi “tatas” juga bisa berarti “tak ada yang kelewatan”. Jadi apa yang kita rencanakan dapat diselesaikan semuanya tanpa ada yang kelewatan.

TITIS: Artinya tepat sasaran. Misalnya kita bermain dengan ketapel, sekali tembak mangga langsung jatuh disebut “titis”. Kalau kita bicara tentang anggaran, maka anggaran yang digunakan tidak sekedar terserap melainkan sampai ke sasaran dan dirasakan manfaatnya oleh sasaran. Anggaran untuk meningkatkan gizi balita digunakan untuk meningkatkan gizi balita dan hasilnya balita gizi buruk berkurang sesuai sasaran yang ditetapkan melalui TATA di atas.

Tata, Titi, Tatas dan Titis outputnya adalah hasil kerja yang efisien sekaligus efektif bisa juga dikatakan sebagai hasil kerja yang cost effective. Efisiensi memang senada dengan pengiritan, tetapi bukan terlalu diirit-irit yang hasilnya malah ngorot, atau dalam peribahasa Jawa dikatakan cincing cincing klebus.

Dengan memenuhi keempatnya TUNTAS sudah tugas kita. Tuntas dalam arti selesai tanpa menyisakan masalah. Bila ada LHP maka hasilnya WTP (Wajar Tanpa pengecualian). Satu predikat yang selalu kita kejar tetapi susah didapat.

Tata, titi, tatas, titis” sebenarnya merupakan ilmu manajemen, seperti halnya “Manajemen Strategis”. Dewasa ini ilmu manajemen sudah sedemikian majunya, didukung perangkat keras dan perangkat lunak. Buku-buku manajemen, sekolah-sekolah manajemen ada dimana-mana, demikian pula halnya dengan ahli-ahli manajemen. Konon sekarang ini kita bisa memantau kondisi suatu wilayah dengan satu kali “klik”.

Tetapi marilah kita tidak melupakan ilmu manajemen warisan nenek moyang yang satu ini ....... Mardu mardawa micara, mawuhura TATA TITI TATAS TITIS, dadya tepa tuladha (IwMM).


No comments:


Most Recent Post


POPULAR POST