Monday, February 6, 2012

CINCING CINCING KLEBUS


Cincing: Menarik  ke atas celana/kain supaya tidak basah. Misalnya waktu mau menyeberangi sungai atau melewati tempat yang tergenang air. Klebus: Basah. Jadi ceriteranya ada orang mau menyeberangi sungai dengan hati-hati, sudah “cincing-cincing” celana/kain segala masih kena air juga. Ada yang berseloroh, sudah kepalang basah, berenang sekalian saja, malah lebih cepat. Ini ceritera dari segi bahasa. Dari sisi peribahasa lain lagi maksudnya.

“Cincing” dalam hal ini diibaratkan orang yang mau berhemat dengan ketat tetapi akhirnya pengeluaran justru jauh lebih banyak. Ada miripnya dengan “mau untung malah buntung” tetapi disini bukan keuntungan yang dikejar melainkan penghematan.

“Cincing”  disini juga bukan dalam pengertian teliti dan cermat merencanakan kegiatan dan kebutuhan anggaran sehingga hasilnya efektif sekaligus efisien. Agak sulit menuliskan dengan kata-kata, tetapi orang  yang berperilaku suka “cincing” dan sering “klebus” ini dapat kita lihat pada tokoh “Gober Bebek” dalam album “Donal Bebek”.

Orang yang suka “cincing” justru bukan orang miskin. Orang miskin  keluar uang segitu memang karena punyanya hanya itu. Sementara si “cincing” berupaya kalau bisa keluar sesedikit mungkin tetapi bisa memperoleh yang sama, sukur-sukur lebih banyak.

Manusia memang harus berhemat, tetapi ada batas hemat yang wajar. Ibu rumahtangga yang harus berhemat untuk mengatur bagaimana dengan uang segitu cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga, bukanlah ibu yang suka “cincing”. Mengurangi pembelian daging dan mengganti dengan tempe dan teri untuk memenuhi kebutuhan protein anak-anak bukanlah perilaku “cincing” karena uangnya memang tidak cukup untuk beli daging banyak.

Contoh sederhana misalnya saya merencanakan perjalanan dari Jakarta ke Surabaya. Banyak alternatif transportasi, mulai dari pesawat terbang, kereta api, bis dan lain-lain dengan harga yang bervariasi mulai yang paling mahal sampai yang paling murah. Demikian pula halnya dengan penginapan dan makan. Saya pilih semua yang paling murah. Perjalanan dengan bis malam OK, walau lelah dan makan waktu panjang. Penginapan murah juga OK walau dalam kamar hanya pakai kipas angin. Saya tergiur makan sate kambing murah di kaki lima. Yang ini tidak OK. Rupanya saya dapat daging apkiran dan malamnya terserang sakit perut dan muntah berak. Alhasil opname dua hari. Hitung-hitung akhirnya saya justru keluar uang lebih banyak dari biaya wajar yang saya keluarkan untuk sebuah perjalanan wajar yang tidak berlebih-lebihan. Bila waktu yang terbuang diperhitungkan, maka kerugian kita menjadi semakin besar.

Perilaku “cincing” ini ada dalam diri kita. Saya melihat HP bagus dan harganya miring. Langsung saya beli tetapi  baru dipakai satu minggu, sudah rusak. Mau diperbaiki harganya mahal, mau dijual tidak ada yang mau beli. Akhirnya saya terpaksa beli HP lagi. Dalam seminggu saya beli HP dua kali, dan uang yang saya keluarkan untuk beli HP akhirnya jauh lebih besar daripada uang yang saya keluarkan seandainya saya langsung beli HP yang jelas asal-usulnya dan bergaransi. Ini namanya “Cincing-cincing klebus”. Orang hidup harus hati-hati. Banyak penawaran yang memanfaatkan mental kita yang suka “Cincing”.  (IwMM)

No comments:


Most Recent Post


POPULAR POST